Dilema : "Cuci gudang nilai?" (Jilid 1)

Sampai sekarang, saya masih belum paham bagaimana cara menjadi guru yang benar. Yang saya pahami adalah bagaimana cara menjadi guru yang baik. Menurut pemahaman saya, menjadi guru yang baik itu mempunyai makna konotasi ganda. Menjadi guru yang baik itu bisa berarti "baik untuk guru itu sendiri, atau baik untuk siswanya". Saya masih terjebak, dalam kontruksi makna tersebut. Hal yang membuat saya terjebak itu tatkala saya menghadapi siswa saya yang masuk dalam kategori "istimewa". Istimewa disini yang saya maksud adalah ketika siswa memiliki nilai pengetahuan yang rendah dan nilai sikap yang rendah dengan tidak mempunyai motivasi dan empati dalam belajar. Saya paham betul ada saat-saat tertentu dimana motivasi belajar hilang begitu saja. Bisa jadi masalah keluarga,masalah pergaulan, atau bahkan masalah pubertas. Selama 8 tahun menjadi guru, saya masih belum memahami keinginan dari siswa-siswi yang pernah saya ajar. Posisi saya masih dalam definisi guru baik, "baik untuk guru itu sendiri". Apa yang mesti saya lakukan ketika saya menghadapi siswa yang mempunyai masalah kompleks, bukan hanya rendah nilai pengatahuannya tetapi juga rendah nilai sikapnya. Dari remedial bahkan tugas sudah diberikan, tapi hasilnya masih belum sesuai dengan harapan. Hal yang nyata dari definisi diatas itu adalah ketika saya sebagai Guru sudah dalam keadaan deadline dalam memberikan nilai."cuci gudang nilai?" hanya dengan tugas yang dibuat dengan sederhana, asal cukup dengan KKM. Inilah yang membuat saya dilema, saya belum menjadi guru yang benar.