Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh semua komunitas sekolah. Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya. Mengajarkan mereka menjadi orang yang baik, memberikan keseimbangan kepada individu, dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses. Dapat diberikan dalam 3 ruang lingkup yaitu: rutin, terintegrasi dalam mata pelajaran, dan protokol.
Lima Kompetensi Sosial Emosional
- Kompetensi
kesadaran diri (self awareness)
- Kompetensi
manajemen diri (self management)
- Kompetensi
kesadaran sosial (sosial awareness)
- Kompetensi
kemampuan berelasi resiliensi (relationship skill)
- Kompetensi
pembuatan keputusan yang bertanggung jawab (resposible decision making)
Kaitan
Antara PSE dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Dengan kemampuan
mengelola emosi maka pembelajaran berdiferensiasi akan dapat dilaksanakan
dengan baik. Bila seorang guru memahami PSE, maka dalam pelaksanaan strategi
penerapan pembelajaran berdiferensiasi guru akan dapat memilih teknik
pembelajaran yang tepat. Selama proses pembelajaran sering terjadi permasalahan
dalam interaksi sosial murid, maka dengan teknik PSE dapat membantu guru untuk
memudahkan solusi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Penerapan
PSE dalam Pembelajaran di Kelas
Dalam
menerapkan PSE saat pembelajaran di kelas ada beberapa teknik yang dapat
dilakukan, antara lain:
- Identifikasi
perasaan
- Identifikasi
emosi
- Melukis
dengan jari
- Bermain
peran (role play)
- Membuat
jurnal diri
- Menulis
ucapan terima kasih, dan lain-lain
Teknik ini dapat
dipadukan ke dalam sebuah RPP yang berdiferensiasi sehingga diharapkan guru
mampu menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi di kelas sesuai dengan gaya
belajar murid, yaitu: visual, auditori, dan kinestetik, guna mewujudkan merdeka
belajar.
Mindfulness
Kesadaran penuh
(mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat
diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian
secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi)
dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in
the present moment, with curiosity and kindness). Ada beberapa kata kunci,
yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini
(present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan hati (compassion).
Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang
bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang
sedang dilakukan.
Kesadaran penuh (mindfulness)
muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan
pikiran terbuka, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh.
Misalnya, seorang anak yang terlihat asyik bermain peran dengan menggunakan
boneka tanpa terganggu oleh suara sekitarnya, murid yang sedang memainkan
musik, menulis jurnal, menikmati alur cerita dalam bacaan, menikmati
segelas teh hangat, atau menikmati pemandangan matahari terbenam, atau guru
yang sedang mendengarkan murid dengan penuh perhatian. Intinya adalah
adanya perhatian yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu
dan kebaikan.
Latihan berkesadaran
penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk
dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini
termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut
sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya,
mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, mendengarkan
cerita, menghayati keindahan alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain
sebagainya.