KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL (PSE)

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh semua komunitas sekolah. Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya. Mengajarkan mereka menjadi orang yang baik, memberikan keseimbangan kepada individu, dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses. Dapat diberikan dalam 3 ruang lingkup yaitu: rutin, terintegrasi dalam mata pelajaran, dan protokol.

Lima Kompetensi Sosial Emosional

  • Kompetensi kesadaran diri (self awareness)
  • Kompetensi manajemen diri (self management)
  • Kompetensi kesadaran sosial (sosial awareness)
  • Kompetensi kemampuan berelasi resiliensi (relationship skill)
  • Kompetensi pembuatan keputusan yang bertanggung jawab (resposible decision making)

Kaitan Antara PSE dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Dengan kemampuan mengelola emosi maka pembelajaran berdiferensiasi akan dapat dilaksanakan dengan baik. Bila seorang guru memahami PSE, maka dalam pelaksanaan strategi penerapan pembelajaran berdiferensiasi guru akan dapat memilih teknik pembelajaran yang tepat. Selama proses pembelajaran sering terjadi permasalahan dalam interaksi sosial murid, maka dengan teknik PSE dapat membantu guru untuk memudahkan solusi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Penerapan PSE dalam Pembelajaran di Kelas

Dalam menerapkan PSE saat pembelajaran di kelas ada beberapa teknik yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Identifikasi perasaan
  • Identifikasi emosi
  • Melukis dengan jari
  • Bermain peran (role play)
  • Membuat jurnal diri
  • Menulis ucapan terima kasih, dan lain-lain

Teknik ini dapat dipadukan ke dalam sebuah RPP yang berdiferensiasi sehingga diharapkan guru mampu menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi di kelas sesuai dengan gaya belajar murid, yaitu: visual, auditori, dan kinestetik, guna mewujudkan merdeka belajar.

 

Mindfulness

Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness). Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan hati (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan. 

Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. Misalnya, seorang anak yang terlihat asyik bermain peran dengan menggunakan boneka tanpa terganggu oleh suara sekitarnya, murid yang sedang memainkan musik, menulis jurnal,  menikmati alur cerita dalam bacaan, menikmati segelas teh hangat, atau menikmati pemandangan matahari terbenam, atau guru yang sedang mendengarkan murid dengan penuh perhatian.  Intinya adalah adanya perhatian yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan.

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, mendengarkan cerita, menghayati keindahan alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.