Filosofi
Pratap Triloka memberikan influence yang signifikan dalam mengambil keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, Menjadi
tauladan yang baik, membangkitkan semangat dan mampu memberikan motivasi adalah
sebuah kunci keberhasilan dari pelaksanaan keputusan yang diambil.Dalam setiap
pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai
wujud filosofi Pratap Triloka dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat
menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri.
Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan.
Guru pada dasarnya
harus memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya, yaitu nilai-nilai
positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang
berpihak pada murid.Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik
untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut
seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid.
Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada
dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang
secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs
benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral)
yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang
benar. Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai
positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan
mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya.
Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta
didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta
berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi
social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan
keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran
penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
Coaching merupaka
ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya
terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain.
Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang
sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep
coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah
konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan
yang kita ambil.
Pembimbingan yang
telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya
berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai
kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat
saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan model coaching yang
dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk
memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching,
yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah
satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak
saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah
akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa
tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali
semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam
memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan
sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee
dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim
dari :
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani
perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses
pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil
belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang
tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi
sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran
dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan
merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat
tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap
permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari
berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah
permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang
pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral
dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai
yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam
mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif
maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan
dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan
kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung
hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu
bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri,
inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan
mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat
sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan
yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada
masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan
keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan
sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu
mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal
tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
Kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan
budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah
sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau
kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga
sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga
keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga
muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.
Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan
seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada
murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem
penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini
akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat
berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila
keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media,
penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong
kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan
kondratnya.
Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan
pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat
dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif
, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka
sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang,
penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi
kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat
pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan
dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila
kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak
sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid
haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih
dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar
murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan
diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill
yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar
Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan
harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran
penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar
pancasila.Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak
dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah
pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu
masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka
belajar.